UNUJA Lakukan Monitoring KKN-MBKM di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Banyuwangi

78 Diakses
  • Bagikan :

BANYUWANGI — Tim Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Nurul Jadid (UNUJA) melaksanakan monitoring program KKN-MBKM di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Banyuwangi pada Rabu (19/11/2025). Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan pelaksanaan pendampingan mahasiswa sesuai dengan kebutuhan pesantren serta relevan dengan kompetensi akademik yang dimiliki para peserta program.

Monitoring tersebut dipimpin oleh Ahmad Zubaidi, M.Pd., Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), dan M. Ainol Yaqin, M.Kom., Kepala Bidang Penelitian. Dalam kesempatan tersebut, tim UNUJA meninjau langsung proses pendampingan yang dilakukan mahasiswa serta berdialog dengan pengasuh pesantren terkait perkembangan program.

Mahasiswa yang diterjunkan dalam kegiatan KKN-MBKM ini merupakan santri Pesantren Nurul Jadid yang memiliki kompetensi di bidang ilmu keagamaan, khususnya tahfiz dan bahasa Arab. Mereka adalah Anisa Qoririah Sofyana, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), dan Hikmatul Azizah, mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Keduanya hadir membawa misi untuk memperkuat program tahfiz dan pembinaan keagamaan sebagai bagian dari upaya regenerasi pendidik dan kader pesantren di Sunan Kalijaga.

Dalam paparannya, Ahmad Zubaidi menegaskan bahwa mahasiswa MBKM tidak hanya bertugas melaksanakan pengabdian, tetapi juga diharapkan membawa ilmu, pengalaman, serta metode pembelajaran yang diperoleh dari kampus ke dalam konteks pendidikan pesantren.

“Ilmu yang mereka bawa dari UNUJA harus memberi manfaat nyata bagi pesantren. Mereka kami dorong untuk merancang program tahfiz dan bahasa yang bisa menjadi kontribusi jangka panjang dalam proses regenerasi santri,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, M. Ainol Yaqin, M.Kom., menjelaskan bahwa Pondok Pesantren Sunan Kalijaga sebenarnya telah memiliki lembaga tahfiz yang berjalan dengan baik. Namun melalui monitoring kali ini muncul inisiatif baru berupa program bimbingan tahfiz khusus yang digerakkan oleh mahasiswa MBKM. Program tersebut dirancang dengan pendekatan lebih adaptif, kreatif, dan intensif sehingga mampu menawarkan pola pembelajaran tambahan bagi santri.

“Mahasiswa MBKM membuat pola bimbingan baru. Ini bukan menggantikan lembaga tahfiz yang sudah ada, tetapi memperkuatnya agar proses regenerasi berjalan lebih cepat dan lebih terstruktur,” jelasnya.

Implementasi program ini menunjukkan bahwa sinergi antara kampus dan pesantren menjadi kunci optimalnya pelaksanaan MBKM. Kolaborasi memungkinkan mahasiswa menerapkan kompetensi akademik secara kontekstual, sementara pesantren mendapatkan penguatan sumber daya dalam bidang pendidikan keagamaan.

Melalui kegiatan ini, UNUJA menegaskan komitmennya untuk terus mendorong transformasi pendidikan pesantren dan memperkuat peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Program MBKM di Banyuwangi diharapkan dapat menjadi model kolaborasi yang inspiratif dan berkelanjutan, serta dapat diperluas ke wilayah lain di masa mendatang.